Komikbiasanya berisi mengenai cerita fiksi, sama seperti dengan karya sastra yang lain. Apa Itu Pengertian Komik : Ciri, Jenis, dan Pembagian Komik. Dalam berbagai pendapat tentang komik menurut para ahli yang dibahas diatas, dapat disimpulkan bahwa komik menjadi suatu cerita yang berupa kumpulan-kumpulan gambar yang diberi keterangan seperti Dalamkomik, bahasa yang digunakan biasanya adalah bahasa yang digunakan untuk percakapan sehari-hari sehingga pembaca mudah mengerti dan memahami isi komik tersebut. 4) Bersifat Kepahlawanan Sedangkan komik petualangan ialah komik isi ceritanya berupa petualangan dalam seperti pencarian, pembelaan, perjuangan perkelahian atau pun aksi yang BacaJuga: 5 Contoh Pantun Kiasan yang Menginspirasi Lengkap dengan Maknanya Komik potongan (Comic Strip), yaitu penggalan komik yang digabung menjadi sebuah alur cerita pendek.Biasanya komik jenis ini dibuat bersambung. Kartun, yaitu komik berupa satu tampilan yang mengandung kritik, humor, atau sindiran.; Komik tahunan (Comic Annual), yaitu komik yang terbit setiap satu bulan atau satu tahun PengertianKomik Menurut Para Ahli Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengertian komik adalah sebuah cerita dengan gambar yang bersifat lucu dan bisa dengan mudah dimengerti. Franz & Meier (1994:55) Defisini komik ialah cerita yang menekankan pada tindakan dan gerak yang ditampilkan melalui urutan gambar yang dibuat khas dengan paduan kata. 9lvf. RADAR JOGJA - Struktur bahasa yang digunakan dalam komik tentu lebih singkat dan padat. Dalam komik, tidak mungkin menggunakan bahasa yang lengkap strukturnya. Berbeda dengan novel atau buku lainnya, gambar merupakan bahasa utama dalam komik. Staf pengajar di Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni FBS UNY Else Liliani menjelaskan, komik mengkomunikasikan pesan melalui gambar. Oleh karena itu, penggunaan bahasa dalam komik tidak perlu seketat penggunaan bahasa dalam ragam standar atau formal, yang berpedoman pada kaidah yang baik dan benar’. Menurutnya, bahasa yang digunakan dalam komik cenderung santai, karena komik sudah bercerita melalui gambar. Sehingga, bahasa hanyalah penunjang gambar dalam komik. Perkembangan bahasa yang digunakan dalam komik saat ini, juga cukup beragam. Yang mana, bahasa akan berkembang sesuai dengan masyarakatnya. Oleh karena itu, bisa ditemukan komik-komik yang menggunakan bahasa slang atau bahasa gaul. “Bahkan bercampur dengan bahasa asing atau daerah,” jelas Else kepada Radar Jogja Jumat 12/3. Di Indonesia, jenis komik yang booming kali pertama adalah komik Put On di tahun 1930. Komik karya Kho Wan Gie ini bisa hadir setiap minggu di majalah Sin Po. Mengingat oplah Sin Po kala itu cukup tinggi, bisa dikatakan komik Put On sangat populer kala itu. Selain Put On, ada juga komik A Piao karya Goei Kwat Siong. Kho Wan Gie dan Goei Kwat Siong adalah peranakan Tionghoa di Indonesia. Komik Put On ditengarai terinspirasi oleh tokoh Jiggs dari Bringing Up Father karya George McManus. Sedangkan komik A Piao adalah komik yang sarat akan nilai pendidikan, disajikan berupa gambar tanpa kata. Dalam perkembangan komik di Indonesia, peralihan bahasa yang disesuaikan dengan konteks keindonesiaan juga terjadi. Meski alur cerita komik masih setia dengan komik aslinya, ada kemungkinan dalam penyesuaian kultur. “Tahun 1950-an itu mulailah komik-komik kita dipengaruhi terjemahan. Pada 1990 juga dipengaruhi komik terjemahan Jepang,” lanjutnya. Meski demikian, beberapa komik Indonesia juga pernah berjaya di masanya. Seperti pada tahun 1960 ada komik Panji Tengkorak, Jaka Sembung, Si Buta dari Goa Hantu, Gundala dan Godam. “Kalau di era sekarang ya macam si Juki, Benny and Mice,” ungkap Else. eno/laz Male and Female Characters in 28th Edition Detective Conan Comics. The purpose of this study is to find and describe the form of language features used by male and female characters in comics. The research data is in the form of words that are indicated to contain linguistic features of male and female characters in comics of Detective Conan 28th Edition. The results of this study have five scopes including Empty Adjectives, Hedge, Intensifier, Hypercorrect Grammar, Super Polite Form, Avoidance of Strong Swear Words, Emphatic stress. According data that analyzed with linguistic method of Robin Tolmach Lakoff, women are more dominant than men for beliefs, admiration, and forms of expression. Meanwhile, men are more dominant in the expression of beliefs and doubts. Abstrak Karekteristik Fitur-Fitur Kebahasaan Tokoh Laki-laki dan Perempuan dalam Komik Detektif Conan Edisi 28. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan dan mendeskripsikan wujud fitur bahasa yang digunakan oleh tokoh laki-laki dan perempuan dalam komik. Data penelitian berupa kata-kata yang diindikasikan mengandung fitur kebahasaan tokoh laki-laki dan perempuan dalam komik Detektif Conan Edisi 28. Terdapat lima cakupan diantarannya Empty Adjectives, Hedge, Intensifier, Hypercorrect Grammar, Super Polite Form, Avoidance of Strong Swear Words, Emphatic stres. Berdasarkan data yang analisis dengan metode kebahasaan Robin Tolmach Lakoff, perempuan lebih dominan daripada laki-laki untuk perihal keyakinan, kekaguman, dan wujud ekspresi. Sedangkan laki-laki-laki lebih dominan terhadap ujaran keyakinan, dan keraguan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 29 KARAKTERISTIK FITUR-FITUR KEBAHASAAN TOKOH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM KOMIK DETEKTIF CONAN EDISI 28 Dana Dwi Nugraha¹, Anggik Budi Prasetiyo² Program Studi Magister Linguistik Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember Jalan Kalimantan No. 37, Kampus Tegalboto, Jember, 68121 e-mail danadwi1922 anggikbudi96 Dikirim 14 November 2021; Direvisi 22 November 2021; Diterima 29 November 2021 DOI - NEOLOGIA Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia berada di bawah lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial International License. ISSN 2087-2496 cetak, ISSN - daring Abstract Male and Female Characters in 28th Edition Detective Conan Comics. The purpose of this study is to find and describe the form of language features used by male and female characters in comics. The research data is in the form of words that are indicated to contain linguistic features of male and female characters in comics of Detective Conan 28th Edition. The results of this study have five scopes including Empty Adjectives, Hedge, Intensifier, Hypercorrect Grammar, Super Polite Form, Avoidance of Strong Swear Words, Emphatic stress. According data that analyzed with linguistic method of Robin Tolmach Lakoff, women are more dominant than men for beliefs, admiration, and forms of expression. Meanwhile, men are more dominant in the expression of beliefs and doubts. Keywords Language Features, Gender, Comic Abstrak Karekteristik Fitur-Fitur Kebahasaan Tokoh Laki-laki dan Perempuan dalam Komik Detektif Conan Edisi 28. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan dan mendeskripsikan wujud fitur bahasa yang digunakan oleh tokoh laki-laki dan perempuan dalam komik. Data penelitian berupa kata-kata yang diindikasikan mengandung fitur kebahasaan tokoh laki-laki dan perempuan dalam komik Detektif Conan Edisi 28. Terdapat lima cakupan diantarannya Empty Adjectives, Hedge, Intensifier, Hypercorrect Grammar, Super Polite Form, Avoidance of Strong Swear Words, Emphatic stres. Berdasarkan data yang analisis dengan metode kebahasaan Robin Tolmach Lakoff, perempuan lebih dominan daripada laki-laki untuk perihal keyakinan, kekaguman, dan wujud ekspresi. Sedangkan laki-laki-laki lebih dominan terhadap ujaran keyakinan, dan keraguan. Kata kunci Fitur Kebahasaan, Gender, Komik 30 NEOLOGIA Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 3, Nomor 1, Februari 2022, hlm. 29-35 PENDAHULUAN Pada Era sekarang karakteristik kebahasaan antara laki-laki dan perempuan masih hangat dipebincangkan dan membentuk suatu kelompok diseluruh lapisan masyarakat. Kondisi ini terjadi dikarenakan adanya pengaruh bahasa dalam wujud media baru sehingga komunikasi dalam bahasa sangat beragam. Hal ini karena bahasa merupakan sarana penyampai hasil pemikiran manusia Prasetiyo, 202170. Media sebagai bentuk alat memiliki fungsi dan pengaruh besar di dalam suatu kelompok masyarakat untuk menyampaikan suatu fungsi makna dalam memberikan suatu informasi kepada masyarakat umum secara luas. Interaksi dalam bermedia merupakan bentuk konsep sentral dalam memahami new media Flew, 200221. Media sebagai alat komunikasi yang praktis dan cepat dapat merubah kegiatan sehari hari manusia sehingga hal ini berdampak langsung pada sebagian kelompok di kalangan laki-laki dan perempuan. Hal ini sejalan dengan Griffin 2006 yang berpendapat bahwa perempuan dan anggota dari kelompok subordinat lain, tidaklah diperlakukan secara sama. Media baru tersebut tak lain sebagai bentuk hiburan yang diantaranya berupa film, novel, cerpen, maupun komik yang dirasa memiliki dampak besar bagi kaum laki-laki maupun perempuan dalam sebuah kelompok bermasyarakat. Komik khususnya menjadi primadona di kalangan anak-anak hingga dewasa dan beranggapan bahwa bahasa dalam sebuah komik memiliki ciri khas sendiri dalam menyampaikan suatu alur cerita. Komik memiliki alur cerita yang menarik dan latar belakang yang dibilang berbeda dari dunia nyata, hal ini terlihat dari melonjaknya penjualan komik dari tahun ke tahun. Dalam alur cerita komik tidak hanya berfungsi sebagai wujud untuk menghibur, akan tetapi memiliki bentuk komunikasi akan dunia baru dan wujud pendidikan yang menyampaikan makna secara khusus maupun luas. Dalam sebuah komik penggunaan fitur kebahasaan memiliki ciri khas yang berbeda, hal ini terlihat pada bentuk intonasi maupun cara berkomunikasi pada lawan tuturnya. Pengekspresian kebahasaan mengalami perubahan yang sangat signifikan sehingga aspek ini juga berdampak pada bacaan sastra khususnya komik. Komik merupakan media baru yang digunakan untuk mengungkapkan wujud ide berupa gambar dan dikombinasikan dengan cakupan berupa informasi visual yang bersifat mengedukasi dalam mengungkapkan ekspresi penulisan kepada masyarakat secara luas. Fitur kebahasaan inilah yang menjadikan masyarakat mengkontruksi perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara naluri dan alami sehingga mengakibatkan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam segi kebahasaan. Laki-laki dengan ciri sifat-sifatnya secara umum senantiasa di wujudkan dalam orientasi sebagai seorang yang tidak banyak bicara, aktif dalam bergerak, pelindung, dan pemimpin. Namun demikian berbeda dengan perempuan yang lebih menonjolkan sifat yang lebih feminis diantaranya, pemalu, lebih banyak berbicara ketimbang laki-laki, emosial, pengasuh, dan berkorban demi kepentian orang lain. Banyaknya kajian penelitian berupa fitur kebahasaan antara laki-laki dan perempuan baik berupa politik maupun film adalah hal yang sangat menarik untuk dibahas secara mendalam. Namun demikian, banyaknya penelitian yang telah dilakukan seseorang tentang fitur kebahasaan laki-laki dan perempuan, belum ada penelitian yang membahas tentang media baru berupa komik. Berbeda dengan kajian-kajian sebelumnya, kajian berupa komik ini memfokuskan pada wujud diksi dan frasa yang mengandung fitur kebahasaan antara laki-laki dan perempuan berupa Nugraha & Prasetyo, Karakteristik Fitur-Fitur Kebahasaan Tokoh Laki-laki dan Perempuan… 31 media komik yang berjudul “Detektif Conan Edisi 28”. Kajian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada pembaca dari sudut pandang yang berbeda. Berkaitan dengan kajian tentang fitur kebahasaan antara tokoh laki-laki dan perempuan, beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh Utomo 2006 dengan topik “Gender dan Musik Kajian tentang Kontruksi Peran Laki-Laki dan Perempuan dalam Proses Pendidikan Musik” dengan tujuan mengkontruksi figur laki-laki dan perempuan dalam dunia pendidikan khususnya pada pendidikan musik. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Teknis analisis pada penelitian ini dilakukan dengan tiga cakupan, diantaranya reduksi data, katagorisasi dan penafsiran data. Hasil penelitian ini memberikan wujud kontruksi fitur kebahasaan laki-laki dan perempuan dalam proses pendidikan seni musik yang terjadi pada lingkungan masyarakat maupun keluarga. Objektifitas penelitian ini mencakup sudut pandang, perilaku, sikap, dan penyembutan dalam pemaknaan pada kontruksi differensiasi peran laki-laki dan perempuan dalam hal budaya. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Penelitian kelima dilakukan oleh Nugraheni 2011 dengan judul “Implikatur Percakapan Tokoh Wanita dan Tokoh Laki-Laki dalam Film Harry Potter and The Goblet of Fire”. Tujuan dalam penelitian yaitu membahas mengenai pelanggaran-pelangaran maksim-maksim dalam prinsip kerjasama Paul Grice yang menyebabkan terjadinya impliatur. Hasil penelitian ini ditemukannya perbedaan antara tuturan laki-laki dan perempuan yang dilakukan oleh tokoh laki-laki dan perempuan dalam wujud pelanggaran maksim-maksim yang terjadi di sebuah dialog percakapan dalam film. Penelitian ketiga Hidayati 2016 dengan judul “Bahasa dan Gender Kajian Karakterisrik Kebahasaan Laki-Laki dan Perempuan dalam Film Anak” dengan tujuan mendeskripsikan fitur bahasa yang digunakan oleh karakter pria dan wanita dalam film animasi anak-anak, khususnya dalam film Cars and Barbie dan 12 Dancing Princesses. Metode penelitian ini menggunakan fitur bahasa yang dikemukakan oleh Lakoff. Hasil penelitian ini berupa kata sifat kosong, pagar, intensifier, tata bahasa hiperkoreksi bentuk super sopan, pertanyaan tag, dan tekanan empati pada figur kebahasaan antara laki-laki dan perempuan dalam film Cars and Barbie dan 12 Dancing Princesses. Penelitian keempat dilakukan oleh Zulkarnain dan Fitriani 2018 dengan topik “Perbedaan Gaya Bahasa Laki-Laki dan Perempuan pada Penutur Bahasa Indonesia dan Aceh” dengan fokus penelitian mengetahui perbedaan antara bahasa yang digunakan sehari-hari oleh laki-laki dan perempuan yang berbahasa Indoneia dan berbahasa Aceh dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini menunjukkan perempuan terlihat lebih verbal dibandingkan laki-laki. Penelitian ini membuktikan bahwa bahasa laki-laki dan perempuan berbeda pada beberapa aspek yaitu dalam pemilihan topik, dalam pemilihan ucapan seperti intonasi, perbendaharaan kata, dan sintaks, dalam menggunakan sumpah serapah dan bahasa vulgar, dalam gaya percakapan dan dalam mendominasi percakapan. Penelitian kelima dilakukan oleh Aviandasari, Setia, dan Zein 2021 dengan judul “Perbedaan Gaya Bahasa Demonstran Laki-Laki dan Perempuan dalam Aksi Protes RUU KUHP dan Pengesahan UU KPK” dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antara bahasa yang digunakan laki-laki dan perempuan dalam menyuarakan 32 NEOLOGIA Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 3, Nomor 1, Februari 2022, hlm. 29-35 pemikirannya. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data pada penelitian ini dianalisis berupa frasa dan kata yang tertera pada poster yang dibawa oleh demonstran dengan teknik purposive sampling. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan laki-laki lebih mengacu kepada hal yang bersfiat praktek dan aplikatif sedangkan perempuan lebih berorientasi pada perasaan dan feminin. METODE Metode penelitian merupakan bentuk pijakan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan investigasi pada data dan pengumpulan data yang telah diperoleh. Metode penelitian merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh peneliti. Penelitian berbahasa bertujuan mengumpulkan dan mengkaji data, serta mempelajari fenomena-fenomena kebahasaan Djajasudarma 20064. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan data yang terkumpul. Tujuan penelitian ini menggali fitur kebahasaan antara laki-laki dan perempuan pada komik Detektif Conan Edisi 28. Data penelitian berupa wujud diksi dan frasa pada tuturan pada percakapan di Karya sastra berupa Komik yang berjudul “Detektif Conan Edisi 28”. Sumber penelitian ini berupa komik yang berjudul “Detektif Conan Edisi 28”. Data penelitian yang telah terkumpul dianalis dengan metode kualitatif dengan metode kebahasaan Robin Tolmach Lakoff dengan teknik purposive sampling untuk mengetahui fitur kebahasaan laki-laki dan perempuan pada komik Conan Edisi ke 28. Data yang berbeda atau sama mungkin akan dibedah dan dikaji berulang-ulang kali. Untuk mempermudah menganalisis, data yang diperoleh dianalisis ulang dengan wujud kebahasaan yang beda dengan pemberian nomor. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dikaji untuk membedah wujud pecakapan dan fitur kebahasaan pada komik yang berjudul “Detektif Conan Edisi 28”. Analisis data diwujudkan dalam tujuh tahapan, diantaranya yaitu Empty Adjectives, Hedge, Intensifier, Hypercorrect Grammar, Super Polite Form, Avoidance of Strong Swear Words, Emphatic stress. Berikut data serta analisis dalam rangka mengungkap fitur kebahasan antara laki-laki dan perempuan dalam komik “Detektif Conan Edisi 28”. Karakteristik Kebahasaan dalam Komik Detektif Conan Edisi 28 Empty Adjectives Menurut Lakoff yaitu terdapat kata sifat yang cenderung lebih dominan yang digunakan oleh para perempuan dimana kata sifat tersebut di istilahkan sebagai Empty Ajectives. Kata sifat disini diungkapkan melalui bentuk kekaguman atau penerimaan terhadap sesuatu objek yang ditemuinya. Berikut analisis data yang merujuk pada Empty Ajectives pada komik “Detektif Conan edisi 28”dengan. Data 1 Wahh, Orang secantik ini kok masih sendirian. Para wanita di sekelilingmu pasti buta! perempuan Data 2 Benar benar orang yang hebat laki-laki Data 3 Pemandangan disini benar-benar menakjubkan perempuan Berdasarkan pada data 1 sampai 3 temuan diatas, dapat disimpulkan bahwa Empty Ajectives dalam komik Detektif Conan edisi 28 digunakan oleh perempuan dan laki-laki, Kosakata pada Nugraha & Prasetyo, Karakteristik Fitur-Fitur Kebahasaan Tokoh Laki-laki dan Perempuan… 33 data diatas yaitu “secantik, menakjubkan” menunjukkan lebih banyak digunakan oleh perempuan untuk mengungkapkan wujud kekaguman terhadap objek atau seseorang. Berbeda dengan tuturan pada laki-laki kosakata pada data diatas yaitu “hebat” terbilang simpel dan terkesan tidak berlebihan. Hedge Hedge dalam bahasa Indonesia mempunyai arti “pagar”. Kalimat yang dimaksudkan dalam istilah ini berupa ungkapan yang dirasa kurang meyakinkan dengan apa yang dituturkan oleh lawan bicara maupun dirinya sendiri. Berikut analisis data yang merujuk pada istilah Hedge pada komik “Detektif Conan edisi 28”. Data 1 Ku kira, Kita pikirkan cara memberitahu keadaan kita pada Conan. laki-laki Data 2 Mungkin sekarang pun tidak tampil dalam suatu kejuaraan perempuan Data 3 Tapi, tapi aku bingung antara ingin bertanya dan tidak… laki-laki Berdasarkan data nomor 1 sampai 3 terdapat frekuensi penggunaan hedge yang terbilang cukup banyak digunakan dalam bentuk kata kerja yang mengulangi beberapa kali wujud kosakata tersebut. Pengulangan tersebut dapat disimpulkan memiliki beberapa fungsi menunjukkan keraguan seseorang dan menunjukkan tuturan yang lebih halus dan santun. Di dalam ledge kesantunan pada ujaran dialog lebih menonjol pada perempuan dibandingkan laki-laki. Kosakata tersebut diwudujkan “ku kira”, “mungkin”, “bingung”. Hal ini terlihat bahwa laki laki lebih menonjolkan tuturan kurang meyakinkan daripada perempuan. Intensifier Intensifier merupakan istilah yang dikhususkan pada kata keerangan yang memberikan penekanan terhadap kata sifat, kata kerja atau kata keterangan yang lain. Intensifier juga dapat disebiut dengan istilah “penyangat”. Berikut analisis data yang merujuk pada istilah Hedge pada komik “Detektif Conan edisi 28”. Data 1 Yaa… kejadian ini benar-benar di luar dugaan laki-laki Data 2 Tampaknya, lokasi kejadian yang sebenar-benarnya adalah koridor ini laki-laki. Berdasarkan data pada no 1 sampai 3 terdapat beberapa konteks yang melingkupinya, dapat disimpulkan bahwa Intensifier digunakan oleh laki-laki. Hal ini terlihat pada data 1 dan 2 yang memberikan kalimat berupa penekanan untuk meyakinkan lawan tuturnya. Kosata tersebut yaitu “benar-benar” diucapkan oleh seorang laki-laki bahwa fungsi dalam pengulangan kata dalam wujud meyakinkan lawan tuturnya adalah wujud fungsi dari Intensifier. Dari data diatas bahwa laki laki lebih condong pada kalimat meyakinkan daripada perempuan. Super Polite Form Super Polite Form yaitu istilah ungkapan yang terdapa di akhir kalimat atau ujaran dengan memberi penekanan dalam kalimat tersebut. Kalimat ini digunakan untuk mendapatkan wujud persetujan dalam menjaga konvensi sosial. Berikut analisis data yang merujuk pada istilah pada komik “Detektif Conan edisi 28”. 34 NEOLOGIA Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 3, Nomor 1, Februari 2022, hlm. 29-35 Data 1 Wuihh… cantik sekali cewek berambut pirang tersebut…Laki-Laki Data 2 Apa yang kamu maksud, apakah benar ucapanmu detektif? perempuan Berdasarkan pada data no 1 dan 2, dapat disimpulkan bahwa di dalam komik detektif conan edisi 28 ditemukan banyak sekali tuturan yang sangat santun. Bentuk tuturan kesantuanan lebih didominasi oleh perempuan daripada laki-laki. Bentuk kesantunan tersebut terlihat pada data diatas untuk sebuah profesi maupun bentuk fisik seseorang, namun juga penggunaan tuturan tersebut wujud tidak langsung dengan menggunakan fungsi dari kesantuanan mereka. Kosakata tersebut yaitu “berambut pirang” dan “detektif”. Hal ini terlihat jelas bahwa kesantunan dalam memanggil lebih menonjol perempuan daripada laki-laki. Emphatic Stress Ciri dalam Istilah ini sebagai bentuk ungkapan ketidakyakinan dengan menggunakan wujud ekspresi dan penutur seseorang itu sendiri. Fungsi pada kalimat ini memberikan bentuk penekanan terhadap suatu tuturan yang dianggap merasa tidak yakin dengan apa yang ia sampaikan. Berikut analisis data yang merujuk pada istilah pada komik “Detektif Conan edisi 28”. Data 1 Tapi, kejadian ini selalu seperti ini dan berulang kali laki-laki Data 2 Ini bukti yang kita punya dan terbaik untuk kita jaga dari para berandalan itu perempuan Berdasarkan data no 1 dan 2, dapat disimpulkan bahwa baik tokoh laki-laki maupun perempuan menggunakan leksikon yang wujudnya berupa penekanan dalam bertutur atas lawan bicaranya. Data emphatic strees lebih banyak digunakan oleh perempuan daripada laki-laki. Kosakata tersebut berupa wujud“selalu” dan “terbaik” SIMPULAN Dalam sebuah komik penggunaan fitur kebahasaan memiliki ciri khas yang berbeda, hal ini terlihat pada bentuk intonasi maupun cara berkomunikasi pada lawan tuturnya. Pengekspresian kebahasaan mengalami perubahan yang sangat signifikan sehingga aspek ini juga berdampak pada bacaan sastra khususnya komik. Komik merupakan media baru yang digunakan untuk mengungkapkan wujud ide berupa gambar dan dikombinasikan dengan cakupan berupa informasi visual yang bersifat mengedukasi dalam mengungkapkan ekspresi penulisan kepada masyarakat secara luas. Fitur kebahasaan inilah yang menjadikan masyarakat mengkontruksi perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara naluri dan alami sehingga mengakibatkan perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam segi kebahasaan. Laki-laki dengan ciri sifat-sifatnya secara umum senantiasa di wujudkan dalam orientasi sebagai seorang yang tidak banyak bicara, aktif dalam bergerak, pelindung, dan pemimpin. Namun demikian berbeda dengan perempuan yang lebih menonjolkan sifat yang lebih feminis diantaranya, pemalu, lebih banyak berbicara ketimbang laki-laki, emosial, pengasuh, dan berkorban demi kepentian orang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung pada ujaran keraguan dan penekanan dalam komik yang berjudul “Detektif Conan” daripada perempuan yang lebih dominan terhadap kosakata Nugraha & Prasetyo, Karakteristik Fitur-Fitur Kebahasaan Tokoh Laki-laki dan Perempuan… 35 keyakinan dan kekaguman. Cakupan tersebut terlihat dari beberapa subbab yang dibahas antara lain Empty Adjectives, Hedge, Intensifier, Hypercorrect Grammar, Super Polite Form, Avoidance of Strong Swear Words, Emphatic stress. DAFTAR PUSTAKA Aviandasari, F. F., Setia, E., dan Zein T. T. dan Zein. 2021. “Perbedaan Gaya Bahasa Demonstran Laki-Laki dan Perempuan Dalam Aksi Protes RUU KUHP dan Pengesahan UU KP”. Lingtersa Linguistik terjemahan Sastra, 11, 18-24. Flew, Terry. 2002. New Media An Introduction. UK Oxford University Press. Griffin, 2011. A First Look At Communication Theory. Eight Edition. New York McGraw Hill. Hidayati, N. N. 2016. “Bahasa dan Gender Kajian karakteristik Kebahasaan Laki-Laki dan Perempuan dalam Film Anak”. Al-hikmah Jurnal Studi Keislaman, 61, 9-32. Nugraheni, Y. 2011. “Implikatur Percakapan Tokoh Wanita dan Tokoh Laki-laki dalam Film Harry Potter The Goblet of Fire”. Lensa Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya, 12, 183-193. Prasetiyo, A. B. 2021. “Kata Kasar dan Makian Berbahasa Jawa dalam Tuturan Cak Percil di YouTube. Genta Bahtera Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan, 72, 70-81. Utomo, U. 2006. “Gender dan Musik Kajian tentang Kontruksi Peran Laki-Laki dan Perempuan dalam Proses Pendidikan Musik”. Harmonia, 71, 1-13. Watie, E. D. S. 2013. “Gaya Bahasa Perempuan Indonesia dalam Media Baru”. Jurnal The Messenger, 51, 1-10. Zulkarnain, S. I., dan Fitriani N. 2018. “Perbedaan Gaya Bahasa Laki-Laki dan Perempuan pada Penutur Bahasa Indonesia dan Aceh”. Internasional Journal and Gender Studies, 41, 159-172. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.

kalimat dalam komik berupa bahasa